Pencarian

+

RAMADHAN KAREEM

RAMADHAN KAREEM
RAMADHAN KAREEM

RAMADHAN KAREEM

(PENGALAMAN “BERBAGI” DENGAN BEGAL RAMADHAN)

Oleh : Sandra Hikmatulloh, B.Ed (Guru Imad Ikhwan / Alumni Jami’ah Internasional Africa Sudan)


    Tradisi i menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah adat kebiasaan turuntemurun yang masih dijalankan dalam masyarakat. Tradisi dan adat- istiadat ini tidak pernah bisa terlepas dari suatu lingkup masyarakat. Baik pada lingkungan perkotaan maupun pedesaan, budaya masyarakat yang sudah terjaga apik akan tetap dilaksanakan tanpa peduli zaman sudah berganti ke era digital. Ketika Ramadan, banyak sekali tradisi yang masih dikerjakan baik sebagai cara untuk menghormati dan mengenang nenek moyang ataupun memang tradisi tersebut bernilai kebaikan yang dapat diterima oleh setiap sisi masyarakat sampai saat ini. Apabila kita mendapati tradisi padusan dan nyadran atau nyekar di Indonesia kala memasuki bulan penuh berkah ini, maka kita juga akan mendapati beberapa tradisi yang melekat erat dan sangat terasa di Sudan. Tradisi-tradisi Ramadan di Sudan berhasil membuat kita semakin melebur ke dalam euforia masyarakat setempat selain karena cuaca ekstrem yang merujuk kisaran angka 41 hingga 46 derajat celcius. Tradisi yang sudah sangat familiar terdengar ialah Begal Ramadan. Sebenarnya, penduduk negara ini sendiri tidak memberikan nama khusus terhadap tradisi yang dilakukan dengan cara menghentikan setiap orang yang masih berada di jalan ketika azan maghrib telah berkumandang dan mempersilakan untuk mengikuti buka bersama mereka di atas hamparan tikar yangberjejer di pinggiran jalan ini.

img-1659930005.jpg

Tradisi ini hanya mereka sebut dengan ifthar jama'i dan bagi mereka perkara ini bukan hanya suatu tradisi yang diturunkan dari beberapa puluh tahun yang lalu, namun juga kegiatan ifthar jama'i merupakan cara 'orang-orang baik' meraup pahala dan keberkahan sebanyakbanyaknya di bulan nan fitrah. Meskipun ifthar jama'i ini berlaku untuk seluruh orang yang melintasi jalanan ketika waktu berbuka baik laki-laki dan perempuan, orang lokal maupun non-lokal, pejabat maupun rakyat biasa, akan tetapi warga Negeri Sungai Dua Nil ini tetap saja menjunjung tinggi izzah dan muru'ah kaum hawa dengan menyediakan tempat berbuka di dalam rumah bersama para ibu dan istri sedangkan lelaki di depan rumah atau di pinggiran jalan. Kalimat 'Ramadhan Kareem' menjadi tradisi selanjutnya yang dapat kita temui disini. Mengapa hal ini menjadi salah satu tradisi Ramadan? Sebab bukan hanya satu atau dua orang penduduk yang akan mengucapkan dua patah kalimat ini kepada kita saat berpapasan di jalan, saat memulai proses tawar- menawar di pasar, saat menghentikan riksyah (semacam bajaj di Indonesia), saat ingin membayar belanjaan di toko atau supermarket atau bahkan saat memasuki setiap tempat seperti masjid, perpustakaan atau dimana saja, namun hampir setiap orang akan menuturkan kata ini kepada kita alih-alih menyapa dengan kalimat, "Keif? Tamam?” Selain tradisi Ramadan, ada pula kebiasaan- kebiasaan yang mungkin hanya akan kita lihat pada bulan Ramadan. Salah satunya yaitu banyaknya orang yang berkumpul di masjid serta tempattempat yang memiliki fasilitas AC atau air conditioner dan kipas angin. Selain untuk 

Tradisi yang sudah sangat familiar terdengar ialah Begal Ramadan. Sebenarnya, penduduk negara ini sendiri tidak memberikan nama khusus terhadap tradisi yang dilakukan dengan cara menghentikan setiap orang yang masih berada di jalan ketika azan maghrib telah berkumandang dan mempersilakan untuk mengikuti buka bersama mereka di atas hamparan tikar yangberjejer di pinggiran jalan ini

beribadah, mereka juga berniat untuk ngadem atau berteduh dari terkaman sinar matahari yang sangat terik di luar bangunan. Saking tidak sedikitnya orang, terkadang masjid menjadi tempat yang penuh dengan barisan orang-orang tidur yang bertebaran. Kebiasaan yang lain yakni hidupnya kota selepas salat tarawih. Pasar, tempat makan bahkan jalanan yang mati dan tampak begitu lengang pada pagi dan siang hari menjadi hidup sekali ketika malam hari karena aktifitas-aktifitas yang kembali dilakukan. Para penduduk dan pendatang memilih untuk keluar dan mengerjakan hal-hal selain di dalam rumah saat malam tiba dengan alasan menghindari sengatan matahari dan udara panas di kala siang serta energi mereka yang kembali pulih tidak layaknya sebelum berbuka puasa. Bagi kalian yang belum pernah merasakan langsung untuk sekedar bersenggolan dan menikmati tradisi di atas, maka tidak ada salahnya untuk mencoba terjun pada adat yang sangat istimewa ini dan masih saja terawat sampai kini. Semoga kita semua dapat keberkahan dalam menjalankan ibadah puasa tahun dan dapat memaksimalkan ibadah sekaligus doa kita. Amin






Komentar
  1. Belum Ada Komentar
Tambahkan Komentar

Testimonial

Facebook

Twitter