Pencarian

+

Ramadhan Istimewa Untuk Si Kecil Nabila

Ramadhan Istimewa Untuk Si Kecil Nabila
Ramadhan Istimewa Untuk Si Kecil Nabila

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)

 “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikatmalaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)

Kedua ayat diatas yang menjadi salah satu rujukan aku dan suami ketika mulai memperkenalkan puasa kepada putri kami Nabila yang saat itu masih balita, usianya kurang lebih tiga tahun, kami menginginkan ia terbiasa menjalankan syariat dari sejak dini.

Memang tidaklah mudah memperkenalkan puasa kepadanya, apalagi teman sepermainannya belum ada satu orang pun yang berpuasa, bahkan yang sudah sekolah dasar pun belum banyak yang berpuasa. Namun kami bertekad untuk memperkenalkan si kecil Nabila agar ia mencintai bulan suci Ramadhan.

Balita adalah sosok yang paling ahli dalam hal meniru. Mereka akan mudah sekali meniru apa yang dilakukan oleh orang tuanya juga orang-orang terdekatnya, oleh karena itu kita sebagai orang tua harus memberikan contoh yang baik kepada mereka.

Walaupun pengertian ‘puasa’ masih sangat sulit diterima akal mereka. Namun mereka sangat merasakan perbedaan suasana khusus bulan Ramadhan ini, sehingga mereka terdorong untuk ikut berpuasa seperti orang lain tanpa mereka tahu maksud sesungguhnya.

Menampilkan kesan positif tentang ‘puasa’ kepada balita, memang harus dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan pola pemahaman mereka yang masih sangat sederhana. Itulah yang coba kami tanamkan kepada si kecil Nabila, kami meninginkan agar ia memiliki kesan jika Ramadhan itu istimewa.

Sepekan sebelum Ramadhan tiba, kami mulai bersiap menyambut Ramadhan. Di mulai dari menghias rumah dengan pernak-pernik seperti hendak merayakan pesta, padahal ulang tahun saja kami tak pernah sekalipun merayakannya, namun demi agar si kecil Nabila merasakan jika Ramadhan itu bulan yang spesial, maka kami menghias rumah sederhana kami secantik mungkin.

Aneka balon warna-warni kami gantung di langit-langit ruang tengah, ucapan “Marhaban Yaa Ramadhan dengan kertas warna-warni dan dibuat secantik mungkin, bunga-bunga dan aneka hiasan lainnya menghiasi dinding rumah layaknya sebuah pesta, si kecil Nabila tampak antusias turut membantu.

********

img-1684480319.jpg

Malam hampir sampai di penghujungnya, aku terbangun mendengar suara alarm yang sengaja kusetel sebelum tidur, jarum jam menunjukkan pukul 03.00 pagi, kukucek mata lalu mengusap wajah dengan kedua tangan mencoba mengusir kantuk yang masih saja bergelayut di kedua bola mata.

Kulirik belahan jiwa yang berada di samping, ia masih tertidur pulas dengan dengkuran halus dari mulutnya, aku segera beranjak dari tempat tidur, teringat jika aku belum menanak nasi, karena memang sengaja memasak dadakan agar terasa lebih nikmat.

Kulongokkan kepala ke kamar si kecil Nabila yang tidur di kamar sebelah, tangannya memeluk erat boneka kesayangannya, pulas sekali tidurnya. Gadis kecil tiga tahun itu memang sudah dibiasakan tidur sendiri semenjak berusia satu setengah tahun saat ia sudah bisa turun dari tempat tidur, kamar yang saling berdempetan, membuatku lebih mudah mengontrolnya.

Aku bergegas mengambil beras dan mencucinya, kemudian kutaruh kedalam magiccom. Dari kulkas kukeluarkan dua ikat bayam, jagung satu sisir serta ayam yang sudah diungkep tadi sore. Tanganku cekatan menyiangi bayam, memotong– motong jagung kemudian mencucinya.

Kulirik jam di dinding sudah menunjukkan pukul empat, segera kubangunkan lelakiku, setelah memastikan ia terbangun sempurna, aku beranjak ke kamar si kecil Nabila kuusap lembut kepalanya, ia hanya menggeliat kemudian berganti posisi dan kembali tertidur pulas.

Kembali kuusap kepalanya “Kak... katanya mau ikutan puasa, yuk bangun,” bisikku pelan di telinganya, ia kembali menggeliat, namun matanya masih belum juga terbuka. “Kak...yuk bangun, mau puasa tidak? Nanti keburu kesiangan lho,” bisikku kembali, namun ia masih saja tertidur.

Segera kuangkat tubuhnya, kemudian ku dudukkan di atas karpet ruang tengah, segera kuambil sedikit air dan mengusapkan ke wajahnya, matanya mengerjap dan mulai terbuka.

Aku tersenyum melihatnya, “Sahur ya, Mi?” tanyanya dengan suara serak, aku mengangguk. Si Kecil Nabila mulai berdiri menuju kamar mandi, ku papah dia ke kamar mandi untuk buang air kecil kemudian membasuh wajahnya.

Sebenarnya ada rasa tidak tega ketika harus membangunkan si kecil Nabila malam-malam begini, namun ia sendiri yang memintanya. Sempat di hari pertama kami tidak membangunkannya untuk makan sahur, ternyata dia ngambek dan meminta untuk dibangunkan juga saat sahur.

Kusuapi si kecil Nabila, mata sipitnya masih terlihat mengantuk, dengan mulut berusaha mengunyah makanan, namun sekuat tenaga dia berusaha mengalahkan rasa kantuk yang menyerangnya.

Si kecil Nabila, awalnya hanya berpuasa sampai jam 8 pagi, kemudian besoknya meningkat sampai jam 10, begitu seterusnya hingga bisa bertahan sampai waktu dzuhur. Setiap dia akan berbuka kami menuntunnya membaca doa berbuka, agar dia benar-benar merasakan suasana bulan suci Ramadhan.

Si kecil Nabila sama seperti kebanyakan anak-anak lain yang seusia dengannya, seringkali ia merengek ketika merasakan haus ataupun lapar.

“Mi, auuus” rengeknya suatu pagi, padahal waktu baru menunjukkan jam 9 pagi.

“Katanya mau puasa, kok masih pagi dah minta minum?” tanyaku lembut, bibirnya mengerucut lucu, “buat buka nanti umi mau bikin sop buah lho, mau ikutan bikin gak?” tanyaku lagi, berusaha mengalihkan rasa hausnya.

“Sop buah, Mi?” tanyanya memastikan.

Aku mengangguk membenarkan “Horeeee... ” teriaknya senang, wajahnya terlihat sangat antusias.

Aku tersenyum melihatnya. Segeraku keluarkan buah-buahan yang ada di kulkas, lalu memotong-motongnya menjadi bagian-bagian kecil. Tangan kecil Nabila mengambil potongan buah dan memasukkannya kedalam wadah yang lebih besar.

Beberapa kali ia hampir saja memasukkan potongan buah ke dalam mulutnya, saat aku mengingatkan, “Oh iya, aku kan lagi puasa,” jawabnya lucu, diiringi tawanya yang renyah memperlihatkan deretan giginya yang kecil-kecil, sementara matanya yang agak sipit semakin terlihat mengecil. Aku tertawa melihatnya, ah senang rasanya melihatnya tertawa seperti itu.

Nabila kecil suka sekali menyimpan makanan kecil di kulkas dengan dalih untuk dimakan ketika berbuka nanti. Padahal kenyataannya, tidak semua makanan itu dia makan ketika waktu berbuka tiba, hanya dengan meminum satu dua gelas es saja, dia sudah merasa kekenyangan.

Ada satu hal yang juga membuatku tertawa, ketika siang hari ia seringkali memasukkan kepalanya ke dalam lemari es, saat ditanya alasannya, “Kan biar adem, Mi,” jawabnya enteng, dia juga beberapa kali kedapatan membasuh wajah dan kepalanya dengan air. Mungkin karena tubuh tidak terisi makanan atau pun minuman hingga menimbulkan rasa panas.

*******

Pembiasaan puasa ramadhan semenjak usia tiga tahun t e r n y a t a banyak sekali d a m p a k n y a salah satunya saat si kecil Nabila masuk sekolah dasar, dia jadi lebih mudah untuk berpuasa karena berpuasa ramadhan adalah hal yang biasa dilakukannya, jarang sekali ada drama, bahkan si kecil Nabila bisa puasa full selama satu bulan penuh sampai maghrib di usia 7 tahun.

Mengajarkan suatu kebiasaan baik kepada anak memang butuh kesabaran dan konsistensi dari kita sebagai orang tua, anak ibarat kertas kosong yang siap menerima apapun pelajaran yang kita tuliskan di atasnya, dan kita berkewajiban menuliskan hal-hal baik agar kelak kebaikanlah yang mewarnai kehidupan mereka.

Komentar
  1. Belum Ada Komentar
Tambahkan Komentar

Kategori
Artikel Populer
Video
Event Terdekat
Tidak Ada Event Terdekat

Testimonial

Facebook

Twitter