Pencarian

+

PERBAIKI NIAT: agar mendapat manfaat dunia dan akhirat

  • HOME
  • Artikel
  • PERBAIKI NIAT: agar mendapat manfaat dunia dan akhirat
PERBAIKI NIAT: agar mendapat manfaat dunia dan akhirat
PERBAIKI NIAT: agar mendapat manfaat dunia dan akhirat


عَنْ أَمِيرِ المُؤمِنينَ أَبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الخَطَّابِ رَضيَ اللهُ تعالى عنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله تعالى عليه وعلى آله وسلم يَقُولُ: إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلى اللهِ وَرَسُوله فَهِجْرَتُهُ إلى اللهِ وَرَسُوله، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا، أَو امْرأَة يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلى مَا هَاجَرَ إِلَيْه

Artinya: “Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang mendapat apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan barang siapa yang hijrahnya karena dunia yang ingin ia dapatkan atau karena wanita yang ingin ia nikahi maka hijrahnya pada apa yang ia niatkan.”


BIOGRAFI SINGKAT PERAWI HADITS

Umar bin Khattab adalah khalifah kedua. Pemimpin umat yang sangat peduli terhadap rakyatnya, ia lebih mementingkan kesejahteraan rakyatnya dibandingkan kesejahteraan pribadi dan keluarganya. Sungguh ia seorang pemimpin yang sangat bijak dan sederhana.

Panggilannya Abu Hafs. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail dan ibunya bernama Hantamah binti Hisyam. Ia adalah orang pertama yang dijuluki Amirul Mu’minin,ia pula khalifah yang kembali menggalakkan salat tarawih pada bulan ramadhan. Ia seorang yang sangat pemberani. Sebelum memeluk islam ia merupakan salah seorang yang sangat memusuhi Rasulullah SAW. Namun setelah terpukau dengan keindahan dan kedamaian islam kemudian masuk dalam barisan Rasulallah SAW, ia menjadi seorang yang sangat melindungi Rasulallah SAW dan islam. Ia selalu mengikuti peperangan bersama Rasulallah SAW, diantaranya Perang Badar, Uhud, Khandaq, Baiaturridwan, Khaibar, Hunain dan lainnya.

Umar wafat tahun 23 H. Ditikam dari belakang oleh Abu Lu’lu'ah. Menjadi khalifah kurang lebih 10 tahun.


PENJELASAN HADITS




Hadist ini merupakan hadits yang mempunyai kedudukan yang luar biasa. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Ahmad rahimahullah bahwa hadits ini merupakan salah satu dari tiga hadits yang mencakup hukum syariat secara umum. Imam Syafi’i rahimahullah juga mengatakan hadits ini merupakan sepertiga dari (ajaran) islam, hadits ini masuk dalam tujuh puluh bab fiqih.

Niat adalah keinginan. Sesuatu yang terbesit dalam hati (keinginan) yang menggerakan anggota tubuh manusia untuk melakukan sesuatu Letaknya ada di dalam hati. Tak seseorang pun yang dapat mengetahui niat seseorang kecuali orang yang berniat itu sendiri dan Allah SWT yang maha mengetahui. “Katakanlah: Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atau kamu menampakannya, pasti Allah mengetahui” (Ali Imran : 29)

Dengan niat kita dapat membedakan dan menentukan suatu pekerjaan. Kita dapat membedakan dua pekerjaan yang hampir mirip tapi dalam hukum berbeda, seperti ketika kita ingin melaksanakan shalat fardhu subuh dan shalat sunnah subuh.

Dalam kitab Jami’ul Ulum wal Hikam karya Ibnu Rajab Al-Hambali para ulama menyebutkan dua maksud makna niat: pertama, membedakan antara satu ibadahdengan ibadah lainnya. Sebagaimana dicontohkan diatas. Atau membedakan antara ibadah dengan adat kebiasaan, seperti mandi junub dan mandi biasa. Niat dalam banyak hal ini dapat kita temukan dalam banyak pembahasan masalah-masalah fiqih. Kedua, membedakanmaksud dari satu perbuatan, apakah ia perbuat itu murni karena Allah SWT atau karena Allah SWT dan karena hal lain?. Niat dalam maksud bagian kedua ini lebih bersifat pada keyakinan dan keikhlasan seorang hamba kepada Allah SWT.

Umumnya, perkara niat yang disebutkan dalam hadits ini merujuk kepada maksud yang kedua. Maka pada kondisi ini niat sering diartikan dengan iradah, keinginan. oleh karena itu dalam Al-Qur’an banyak disebutkan niat itu menggunakan lafadz iradah. Contohnya:

مِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلدُّنْيَا وَمِنكُم مَّن يُرِيدُ ٱلْءَاخِرَةَ

“…Diantara kamu ada orang yang menghendaki dunia dan diantara kamu ada (pula) orang yang menghendaki akhirat…” (QS. Ali imran [3]:152)

kemudian yang dimaksud perbuatan dalam hadits di atas adalah mencakup seluruh perbuatan baik perbuatan raga, seperti: shalat, puasa, haji, berwudhu, makan, minum, dll. Perbuatan hati seperti: baik sangka, ikhlas, ridho, marah, cinta, benci, dll. Atau perbuata lisan, seperti: berdzikir, membaca, dan berbicara.

Perbuatan-perbuatan tersebut tak akan terlaksana tanpa didahului keinginan atau niat. Niat dapat bersifat baik dan buruk. Dalam syariat islam, dalam berniat haruslah baik. Berniat dalam pekerjaan-pekerjaan baik akan bernilai ibadah jika diniatkan untuk mencari keridhoan Allah SWT.

Alangkah baiknya jika perbuatan yang baik itu disertai dengan niat yang baik pula. Terutama jika diniatkan untuk meraih keberkahan dan ridha dari Allah SWT. Imam Ibnu Malik Al-Mubarok berkata “betapa banyak perbuatan yang sederhana menjadi besar (pahalanya) karena niat (baik)nya, dan betapa banyak pekerjaan besar menjadi kecil (pahalanya) karena niatnya (buruk)”. Dari kata-kata yang bjak ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa betapa sangat pentingnya suatu niat. Menyepelekan niat berarti kita sedang menyepelekan nilai (pahala) yang besar yang akan kita dapat dari perbuatan baik kita. Sehingga ujung dari itu adalah penyesalan dan kerugian yang kita dapatkan, naudzubillah min dzalik.

Oleh karena niat itu perkara hati, jadi kita ada yang dapat menilai baik buruknya niat seseorang kecuali Allah SWT. Kita hanya dapat menilai perbuatan yang nampak yang dilakukan seorang manusia. Rasulullah SAW menyampaikan nasihat kepada kita semua melalui haditsnya ini juga menyatakan niat berhijrah seseorang jika ia niatkan sesuai apa yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rosulnya untuk berhijrah dari keburukan menuju ketaatan, maka pahala hijrahnya pun Allah SWT berikan dengan baik. Tapi sebaliknya, apabila hijrahnya seseorang karena mengejar dunia atau wanita yang akan dinikahinya, tanpa sedikitpun mengaitkan hijrahnya tersebut kepada perintah Allah SWT dan Rosulnya, boleh jadi ia hanya akan mendapatkan apa yang ia inginkan saja. Hijrahnya tentu tidak bernila dihadapan allah SWT.

Maka dari ulasan hadits yang kita bahas pada kesempatan kali ini, penulis mengajak kepada para pembaca untuk memeperhatikan niatnya. Anda sebagai penuntut ilmu, seorang pegawai atau pekerja, apatah lagi seorng guru dan dai sudah semestinya mengerti tentang urusan niat ini. Karena dengan niat tulus ikhlas, segala perbuatan baik anda akan bernilai besar dihadapan Allah SWT. Tentunya selain bahagia di dunia, kebahagiaan akhirat akan kita dapat.


karya: Ust. Novi Maulana Yusuf, Lc

Komentar
  1. Belum Ada Komentar
Tambahkan Komentar

Testimonial

Facebook

Twitter