Oleh : Ghufran Ridhawi (Penulis Novel Reaxa: Dialah Perempuanku, Alumni SMPIT Daarul Fikri Angkatan ke-15, Mahasiswa Psikologi di Universitas Swasta yang ada di Kota Magelang)
Perkenalkan Saya Ghufran Ridhawi,
dipanggil sama teman lama dengan sebutan “Pron/Proy”. Kalau sama teman baru
“Gup/Guf/Fran”. Kalau sama teman kecil dipanggil “Jon”. Ketika Saya menimba
ilmu di Daarul Fikri biasa dipanggil “Pron” oleh teman-teman saya itu yang
budiman, semoga teman-teman saya itu senantiasa dalam keadaan sehat. Beda lagi
dengan para guru saya, menyebut saya dengan berbeda sendiri, yaitu Ghufran,
Dengan nama awal saya yang lengkap nan bagus menurut orangtua saya. Semoga guru[1]guru
kita itu senantiasa dalam keadaan sehat. Panggilan kalau sama Istri nanti di
masa depan tergantung kesepakatan bersama aja deh. Merasa bahwasannya saya
merupakan bagian dari sistem pemerintahan, yaitu sebagai rakyat biasa. Oleh
karena itu, sebagai rakyat kita harus bekerja sama dan mempunyai sikap toleran
serta baik hati terhadap sesama.
Aktivitas saya sekarang yaitu
kuliah, duduk dibangku perkuliahan yaitu sebagai mahasiswa merupakan kehidupan
yang didalamnya terdapat genre romantis, humoris, petualangan, aksi, fantasi,
serta dokumenter. Kehidupan itu seperti kabel listrik yang ada dijalan kemudian
kita melewati satu per satu tiang-tiang itu. Atau kalau seperti naik gunung,
kita melewati pos-pos pendakian untuk sampai ke puncak, akan tetapi selama
perjalanan itu, ragam genre tersebut ada di kehidupan perkuliahan saya. Awalnya
cita-cita saya masuk FSRD tepatnya jurusan seni rupa murni di Institut
Teknologi Bandung, tetapi orangtua tidak mengizinkannya, orangtua saya
mengizinkan saya mengambil jurusan Psikologi. Disitu saya mencari di mana saya
akan kuliah, sempat bingung ingin kuliah dimana selain di Universitas yang saya
impikan itu, akan tetapi saya melihat di instagram sebuah postingan dengan
pembahasan “Kalau bingung coba tanya Tuhanmu”, kemudian disitu saya bertanya
kepadaAllah pada malam hari, yaitu sholat malam meminta petunjuk. Dikarenakan
saya tidak ingin pusing, dan Allah Maha Segalanya. Jadi, saya meminta petunjuk
saja, apa jawaban dari pertanyaan saya pada sholat malam itu, yakin pasti akan
terjawab. Sambil menjalani hari-hari itu menunggu jawaban dari Sang Pencipta,
saya melakukan kegiatan positif seperti yang dikatakan dalam kajian literasi
saat ini “Lakukanlah hal positif, ketika kamu bingung, dengan begitu kamu tidak
membuang waktu yang sia-sia”. Patuh terhadap alur kehidupan itu, jalannya
seperti apa, kedepannya seperti apa, pasti semua itu Allah yang mengatur.
Kodrat saya sebagai hamba, yang penting mempunyai niat yang besar, lalu
usahakan niat itu, akan tetapi ingat, usaha kamu itu ditujukan untuk niatmu,
urusan keberhasilanmu bukan karena usaha mu, tapi keberhasilanmu itu atas
rahmat Allah. Guna menghilangkan ke “Aku” an dalam diri, segalanya guna “Atas
Allah dan karena Allah”. Selanjutnya benar saja, selama itu saya diperjalankan
ke Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Di kota itu terdapat
saudara dan keluarga besar saya, di situ ada yang menawarkan tentang kuliah
yang membuka pendaftaran. Merasa penasaran, akhirnya saya telusuri kampus itu,
seperti apa dan bagaimana kampus itu. Akhirnya setelah mengetahuinya,
berdasarkan izin dari semua pihak, melibatkan orangtua, dan orang-orang yang
budiman, saya memutuskan kuliah di Kampus itu, mengambil jurusan Psikologi di
Universitas Muhammadiyah Magelang. Jadi, kalau ditanya “Kenapa mengambil
jurusan psikologi?” maka aku jawab saja “Guna mematuhi arahan orangtuaku”, akan
tetapi kalau ditanya “Kenapa kuliah disini?” maka aku jawab saja “Petunjuk
Allah”, teman-teman kuliah saya tertawa mendengar itu. Pada saat itu
teman-teman kuliah saya, mengemukakan pendapat terkait jawaban saya itu,
jawaban yang unik katanya, merasa baru mendengar alasan masuk kuliah disini
karena “Petunjuk Allah”.
Saat kuliah, dikarenakan penasaran
dengan dunia perkuliahan, maka saya telusuri saja. Seperti orang berkelana maka
kamu akan mendapatkan ragam variasi pengalaman, itu ditujukan untuk dirimu,
lain dari itu melibatkan orang lain guna bermanfaat. Dari situ mulai lah saya
menyebutnya dengan Jiwa-Jiwa Berkelana, Jiwa Itu Seperti Melayang Kepada Arah
Mata Anginnya. Selama kuliah saya mengikuti organisasi sosialdan juga
organisasi mahasiswa, dengan menjadi Ketua Umum di organisasi itu, menjadi
tantangan dan pengalaman bagi saya untuk menggalih ilmu kepemimpinan dan
mempraktikannya, karena pada dasarnya keseharian kita yaitu memimpin diri, mau
seperti apa diri ini, arahkanlah kepada arah mata angin itu, agar kamu tidak
nyasar. Di awal kuliah saya sempat membuat syair yang bunyi nya seperti ini
“Jika kamu melihat sebentang tanah nan luas, itu merupakan poros pada
penglihatanmu. Akan tetapi ingatlah wahai manusia, Hati-hati kemakan dunia!.
Seperti tinta hitam yang menetes pada kertas putih. Kamu dapat merasakannya”.
Jadi, selama kuliah tugas saya diturunkan di kampus itu, untuk suka belajar,
dan mendengarkan irama yang menggetarkan hati. Entah itu nasehat dari seorang
guru atau dosen, atau bahkan nasehat dan teguran atas kesalahan kita dari
sahabat ngopi. Walaupun diri ini belum baik itu akan bagus, dari pada kamu
merasa baik. Akan tetapi, hormati dan sopanlah terhadap guru atau sahabatmu,
terkadang kalau kita belok kearah yang kurang baik, beliau selalu menegur kita
untuk mengarah ke hal baik, itu akan lebih bagus, dari pada tidak ada yang
memberi tahu kita bahwasannya itu tidak baik, dari situ kamu akan menemukan
arah mata angin mu. Mungkin diri ini yang masih egois dan masih memikirkan
kesenangan yang sementara ini. “hahahaha dasar diri ini”.
Selain itu, disamping saya kuliah jurusan psikologi, saya juga sambil menulis buku novel, menulis dan menciptakan lagu, melukis, membuat karya cipta puisi, membuat syair, mengikuti dan membuat acara literasi digital, pernah mengikuti literasi bersama Google ketika di kampus, pernah menjadi volunteer kesehatan mental dan stop bullying, mengikuti seminar international mahasiswa bersama universitas di ASEAN tentang Mental Health, pernah membedah buku lawas dari gramedia tentang psikologi pendidikan saat di kampus, dan menjadi pembicara di acara literasi digital mahasiswa. Hal itu yang membuat antara lingkungan pembelajaran dalam kampus dan pembelajaran luar kampus menjadi berwarna. Cerita ketika di SMPIT Daarul Fikri yaitu terdapat ragam karakter teman-teman saya, ada yang ambisius, ada yang baik, ada yang nakal, ada yang diam saja. Tetapi semua itu indah menjadi pelengkap, bayangkan saja kalau tidak ada anak baik di sekolah, bagaimana jadinya. Atau bayangkan jika tidak ada anak nakal di sekolah, seperti apa sekolah nantinya. Itu menjadi ragam yang indah. Hal tersebut seperti karakter-karakter pemain di film yang biasa orang tonton. Ada juga seperti pembawa acara di televisi ketika acara muhadoroh, ada juga seperti stand up comedy yang sedang melawak dalam lingkup pertemanannya, yang menarik adalah ada kisah aksi ketika panggung teater diadakan, itu seperti aksi di film[1]film. Uniknya, masih muda tetapi teman[1]teman saya ini memiliki keterampilan yang bagus. Saya percaya hal itu, teman[1]teman yang sukses di masa yang akan mendatang, akan saya tunggu itu. Pasti guru-guru pun akan senang melihat muridnya sukses, terutama murid yangnakal ketika disekolah. Itu akan menjadi suatu hal fantasi yang akan terjadi, tugas kita percaya dan saling mendukung akan kesuksesan itu.
Hal unik lainnya yaitu nasihat tentang makan, yaitu kalau makan dihabisin nanti nasinya bisa nangis, setelah dipikir-pikir itu adalah bagaimana kita menghargai masakan yang sudah dimasak, dan disajikan, juga lain dari itu merupakan menikmati rejeki yang diberi Tuhan. Akan tetapi, yang paling membekas yaitu melihat teman-teman saya dibotakin karena melaggarperaturan sekolah, serta beberapa teman saya yang mendapatkan prestasi dan membanggakan nama sekolah. Walaupun terkesan unik, bahkan waktu itu ada yang nakal, tetapi teman-teman saya hebat, bisa mempunyai prestasi di bidangnya masing-masing. Kegiatan yang digemari ketika di bangku SMP yaitu mencoba apapun itu, tentang keterampilan, pengetahuan, pengalaman. Ketika sudah waktunya saya akan memilih dan menjadi ahlinya. Itulah alur dan beberapa kiasan serta ragam genre semasa dulu saya di SMPIT Daarul Fikri hingga saat ini duduk di bangku perkuliahan. Semoga semuanya senantiasa dalam keadaan sehat, terutama untuk guru-guru kita dan juga teman-teman kita.
Terakhir, SALAM BUAT KELUARGA, dari Ghufran Ridhawi yang turun di bumi hasil dari rencana kedua orangtuanya melewati perizinan dan takdir yang Allah buat, setelah semua itu melewati genre romantis, aksi, petualangan, horor, komedi dalam kisah hidupnya.
Juga menulis dan akhirnya menerbitkan Novel Rexa: Dialah Perempuanku, dan terjual habis pada cetakan pertama di Tokopedia dalam waktu seminggu. Membuat dan akhirnya mempunyai instagram yaitu @gupronn.r. Terimakasih
“Suatu kebanggaan bagi saya pernah menjadi santri IMAD di Pesantren Terpadu Daarul Fikri. Di pes...
Sandra Hikmatullah, B.Ed |![]()
Menjadi cerdas dan dewasa tidak lagi membatasi seberapa tua umurmu. banyak hal untuk mewujudkan semu...
Balqis | Universitas Al'ulum At-tatbiqiyyah Alkhossoh Amman Yordania![]()
Banyak yang saya dapatkan selama belajar di IMAD Daarul Fikri. Selain di bekali ilmu pengetahuan da...
Aginanjar | Universitas International Of Africa Sudan![]()
Alhamdulillah selama saya belajar di I’dad Mu’aalimien wa Ad-du’aat (IMAD) Daarul Fikri , saya...
Sandra | Universitas internasional Khortoum Sudan![]()
Alhamdulillah ilmu agama yang saya dapat kan selama di Daarul Fikri menjadi bekal saat ini, sehingga...
Reza Mozan | Universitas Sebelas Maret![]()
Alhamdulillah ilmu yang saya dapatkan dari Daarul Fikri khususnya dengan adanya program tahfidz Qur'...
Karisma![]()
Belum Ada Komentar