Pencarian

+

Jiwa Itu Seperti Melayang Kepada Arah Mata Anginnya

  • HOME
  • Artikel
  • Jiwa Itu Seperti Melayang Kepada Arah Mata Anginnya
Jiwa Itu Seperti Melayang Kepada Arah Mata Anginnya
Jiwa Itu Seperti Melayang Kepada Arah Mata Anginnya

Oleh : Ghufran Ridhawi (Penulis Novel Reaxa: Dialah Perempuanku, Alumni SMPIT Daarul Fikri Angkatan ke-15, Mahasiswa Psikologi di Universitas Swasta yang ada di Kota Magelang)

Perkenalkan Saya Ghufran Ridhawi, dipanggil sama teman lama dengan sebutan “Pron/Proy”. Kalau sama teman baru “Gup/Guf/Fran”. Kalau sama teman kecil dipanggil “Jon”. Ketika Saya menimba ilmu di Daarul Fikri biasa dipanggil “Pron” oleh teman-teman saya itu yang budiman, semoga teman-teman saya itu senantiasa dalam keadaan sehat. Beda lagi dengan para guru saya, menyebut saya dengan berbeda sendiri, yaitu Ghufran, Dengan nama awal saya yang lengkap nan bagus menurut orangtua saya. Semoga guru[1]guru kita itu senantiasa dalam keadaan sehat. Panggilan kalau sama Istri nanti di masa depan tergantung kesepakatan bersama aja deh. Merasa bahwasannya saya merupakan bagian dari sistem pemerintahan, yaitu sebagai rakyat biasa. Oleh karena itu, sebagai rakyat kita harus bekerja sama dan mempunyai sikap toleran serta baik hati terhadap sesama.img-1680763757.jpg

Aktivitas saya sekarang yaitu kuliah, duduk dibangku perkuliahan yaitu sebagai mahasiswa merupakan kehidupan yang didalamnya terdapat genre romantis, humoris, petualangan, aksi, fantasi, serta dokumenter. Kehidupan itu seperti kabel listrik yang ada dijalan kemudian kita melewati satu per satu tiang-tiang itu. Atau kalau seperti naik gunung, kita melewati pos-pos pendakian untuk sampai ke puncak, akan tetapi selama perjalanan itu, ragam genre tersebut ada di kehidupan perkuliahan saya. Awalnya cita-cita saya masuk FSRD tepatnya jurusan seni rupa murni di Institut Teknologi Bandung, tetapi orangtua tidak mengizinkannya, orangtua saya mengizinkan saya mengambil jurusan Psikologi. Disitu saya mencari di mana saya akan kuliah, sempat bingung ingin kuliah dimana selain di Universitas yang saya impikan itu, akan tetapi saya melihat di instagram sebuah postingan dengan pembahasan “Kalau bingung coba tanya Tuhanmu”, kemudian disitu saya bertanya kepadaAllah pada malam hari, yaitu sholat malam meminta petunjuk. Dikarenakan saya tidak ingin pusing, dan Allah Maha Segalanya. Jadi, saya meminta petunjuk saja, apa jawaban dari pertanyaan saya pada sholat malam itu, yakin pasti akan terjawab. Sambil menjalani hari-hari itu menunggu jawaban dari Sang Pencipta, saya melakukan kegiatan positif seperti yang dikatakan dalam kajian literasi saat ini “Lakukanlah hal positif, ketika kamu bingung, dengan begitu kamu tidak membuang waktu yang sia-sia”. Patuh terhadap alur kehidupan itu, jalannya seperti apa, kedepannya seperti apa, pasti semua itu Allah yang mengatur. Kodrat saya sebagai hamba, yang penting mempunyai niat yang besar, lalu usahakan niat itu, akan tetapi ingat, usaha kamu itu ditujukan untuk niatmu, urusan keberhasilanmu bukan karena usaha mu, tapi keberhasilanmu itu atas rahmat Allah. Guna menghilangkan ke “Aku” an dalam diri, segalanya guna “Atas Allah dan karena Allah”. Selanjutnya benar saja, selama itu saya diperjalankan ke Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Di kota itu terdapat saudara dan keluarga besar saya, di situ ada yang menawarkan tentang kuliah yang membuka pendaftaran. Merasa penasaran, akhirnya saya telusuri kampus itu, seperti apa dan bagaimana kampus itu. Akhirnya setelah mengetahuinya, berdasarkan izin dari semua pihak, melibatkan orangtua, dan orang-orang yang budiman, saya memutuskan kuliah di Kampus itu, mengambil jurusan Psikologi di Universitas Muhammadiyah Magelang. Jadi, kalau ditanya “Kenapa mengambil jurusan psikologi?” maka aku jawab saja “Guna mematuhi arahan orangtuaku”, akan tetapi kalau ditanya “Kenapa kuliah disini?” maka aku jawab saja “Petunjuk Allah”, teman-teman kuliah saya tertawa mendengar itu. Pada saat itu teman-teman kuliah saya, mengemukakan pendapat terkait jawaban saya itu, jawaban yang unik katanya, merasa baru mendengar alasan masuk kuliah disini karena “Petunjuk Allah”.img-1680764086.jpg

Saat kuliah, dikarenakan penasaran dengan dunia perkuliahan, maka saya telusuri saja. Seperti orang berkelana maka kamu akan mendapatkan ragam variasi pengalaman, itu ditujukan untuk dirimu, lain dari itu melibatkan orang lain guna bermanfaat. Dari situ mulai lah saya menyebutnya dengan Jiwa-Jiwa Berkelana, Jiwa Itu Seperti Melayang Kepada Arah Mata Anginnya. Selama kuliah saya mengikuti organisasi sosialdan juga organisasi mahasiswa, dengan menjadi Ketua Umum di organisasi itu, menjadi tantangan dan pengalaman bagi saya untuk menggalih ilmu kepemimpinan dan mempraktikannya, karena pada dasarnya keseharian kita yaitu memimpin diri, mau seperti apa diri ini, arahkanlah kepada arah mata angin itu, agar kamu tidak nyasar. Di awal kuliah saya sempat membuat syair yang bunyi nya seperti ini “Jika kamu melihat sebentang tanah nan luas, itu merupakan poros pada penglihatanmu. Akan tetapi ingatlah wahai manusia, Hati-hati kemakan dunia!. Seperti tinta hitam yang menetes pada kertas putih. Kamu dapat merasakannya”. Jadi, selama kuliah tugas saya diturunkan di kampus itu, untuk suka belajar, dan mendengarkan irama yang menggetarkan hati. Entah itu nasehat dari seorang guru atau dosen, atau bahkan nasehat dan teguran atas kesalahan kita dari sahabat ngopi. Walaupun diri ini belum baik itu akan bagus, dari pada kamu merasa baik. Akan tetapi, hormati dan sopanlah terhadap guru atau sahabatmu, terkadang kalau kita belok kearah yang kurang baik, beliau selalu menegur kita untuk mengarah ke hal baik, itu akan lebih bagus, dari pada tidak ada yang memberi tahu kita bahwasannya itu tidak baik, dari situ kamu akan menemukan arah mata angin mu. Mungkin diri ini yang masih egois dan masih memikirkan kesenangan yang sementara ini. “hahahaha dasar diri ini”.img-1680764127.jpg

Selain itu, disamping saya kuliah jurusan psikologi, saya juga sambil menulis buku novel, menulis dan menciptakan lagu, melukis, membuat karya cipta puisi, membuat syair, mengikuti dan membuat acara literasi digital, pernah mengikuti literasi bersama Google ketika di kampus, pernah menjadi volunteer kesehatan mental dan stop bullying, mengikuti seminar international mahasiswa bersama universitas di ASEAN tentang Mental Health, pernah membedah buku lawas dari gramedia tentang psikologi pendidikan saat di kampus, dan menjadi pembicara di acara literasi digital mahasiswa. Hal itu yang membuat antara lingkungan pembelajaran dalam kampus dan pembelajaran luar kampus menjadi berwarna. Cerita ketika di SMPIT Daarul Fikri yaitu terdapat ragam karakter teman-teman saya, ada yang ambisius, ada yang baik, ada yang nakal, ada yang diam saja. Tetapi semua itu indah menjadi pelengkap, bayangkan saja kalau tidak ada anak baik di sekolah, bagaimana jadinya. Atau bayangkan jika tidak ada anak nakal di sekolah, seperti apa sekolah nantinya. Itu menjadi ragam yang indah. Hal tersebut seperti karakter-karakter pemain di film yang biasa orang tonton. Ada juga seperti pembawa acara di televisi ketika acara muhadoroh, ada juga seperti stand up comedy yang sedang melawak dalam lingkup pertemanannya, yang menarik adalah ada kisah aksi ketika panggung teater diadakan, itu seperti aksi di film[1]film. Uniknya, masih muda tetapi teman[1]teman saya ini memiliki keterampilan yang bagus. Saya percaya hal itu, teman[1]teman yang sukses di masa yang akan mendatang, akan saya tunggu itu. Pasti guru-guru pun akan senang melihat muridnya sukses, terutama murid yangnakal ketika disekolah. Itu akan menjadi suatu hal fantasi yang akan terjadi, tugas kita percaya dan saling mendukung akan kesuksesan itu.

Hal unik lainnya yaitu nasihat tentang makan, yaitu kalau makan dihabisin nanti nasinya bisa nangis, setelah dipikir-pikir itu adalah bagaimana kita menghargai masakan yang sudah dimasak, dan disajikan, juga lain dari itu merupakan menikmati rejeki yang diberi Tuhan. Akan tetapi, yang paling membekas yaitu melihat teman-teman saya dibotakin karena melaggarperaturan sekolah, serta beberapa teman saya yang mendapatkan prestasi dan membanggakan nama sekolah. Walaupun terkesan unik, bahkan waktu itu ada yang nakal, tetapi teman-teman saya hebat, bisa mempunyai prestasi di bidangnya masing-masing. Kegiatan yang digemari ketika di bangku SMP yaitu mencoba apapun itu, tentang keterampilan, pengetahuan, pengalaman. Ketika sudah waktunya saya akan memilih dan menjadi ahlinya. Itulah alur dan beberapa kiasan serta ragam genre semasa dulu saya di SMPIT Daarul Fikri hingga saat ini duduk di bangku perkuliahan. Semoga semuanya senantiasa dalam keadaan sehat, terutama untuk guru-guru kita dan juga teman-teman kita.

Terakhir, SALAM BUAT KELUARGA, dari Ghufran Ridhawi yang turun di bumi hasil dari rencana kedua orangtuanya melewati perizinan dan takdir yang Allah buat, setelah semua itu melewati genre romantis, aksi, petualangan, horor, komedi dalam kisah hidupnya.

Juga menulis dan akhirnya menerbitkan Novel Rexa: Dialah Perempuanku, dan terjual habis pada cetakan pertama di Tokopedia dalam waktu seminggu. Membuat dan akhirnya mempunyai instagram yaitu @gupronn.r. Terimakasih

Komentar
  1. Belum Ada Komentar
Tambahkan Komentar

Kategori
Artikel Populer
Video
Event Terdekat
Tidak Ada Event Terdekat

Testimonial

Facebook

Twitter