Pencarian

+

ANAK ISTRI DAN IBU

ANAK ISTRI DAN IBU
ANAK ISTRI DAN IBU

Bicara tentang wanita itu sangat kompleks. Salah satu makhluk Allah yang tercipta dengan segala karakteristik menariknya sungguh tidak mudah dilukiskan dengan kata. Ia mendapati peran sebagai anak dari orang tuanya, istri dari suaminya serta ibu dari anak-anaknya.

Tak selesai disitu, bagi wanita yang mengikhlaskan waktu, tenaga dan fikirannya dalam membantu suami mencari nafkah, ia akan menambah peran sebagai pekerja dengan sebutan berbeda di setiap tempatnya.

Seorang wanita menjadi putri yang sangat cantik dan menjadi qurrota a’yun yang dapat menghilangkan penat dan memberikan energi kebahagaiaan bagi orang tuanya. Orang tua merawat penuh cinta serta mengerahkan segala tetes keringatnya untuk pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.

Tak akan dibiarkan anaknya tersebut dalam kekurangan dan kesedihan. Mereka berkesusah mengorbankan semua untuk anaknya tersebut. Wanita dalam perawatan orang tua akan patuh dan taat hanya pada orang tuanya.

Ia berkewajiban menjaga kehormatan diri serta kemaluan dengan tidak mendekati zina, senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dengan terus beramal sholeh dan berbakti pada orang tua. Selain itu, itu pun harus tetap meningkatkan kualitas diri dengan terus menuntut ilmu agama dan pendidikan sebaik mungkin.

Wanita ketika kewajibannya diambil alih oleh seorang lelaki dengan sebuah ijab qabul pernikahan, maka terputuslah tanggung jawab orang tua atas dirinya. Di saat tersebut, sepenuh jiwa raganya menjadi hak atas suaminya.

Dan kepatuhan pada suaminya diatas kepatuhan pada orang tuanya, selagi apa yang diperintahkan suaminya tidak melanggar syariat islam. Bahkan ketika hendak menemui ibunya pun, ia harus terlebih dahulu meminta izin pada suaminya.

Dikisahkan ada seorang wanita sholihah di saat Rosulullah SAW masih hidup, ia begitu taat pada suaminya. Suatu hari suaminya hendak pergi berjihad, beliau berpesan pada istrinya agar jangan pergi kemanapun dan jangan keluar dari rumah sampai suaminya telah kembali dari berjihad. Si wanita tersebut pun menaati apa yang diamanatkan padanya.

Hingga suatu hari datanglah seorang utusan ke rumahnya dan mengabarkan kondisi ibunya yang sakit parah dan menyarankan agar menjenguk ibunya. namun dengan berat hati si wanita tidak dapat memenuhi permintaan tersebut karena ia memegang penuh amanat suaminya agar tidak meninggalkan rumah sebelum suaminya kembali.

Ia pun hanya bisa menangis lirih karena tidak bisa menengok ibunya.

Sampai beberapa waktu berlalu suaminya pun belum kunjung tiba. Ia menunggu dengan gundah, memikirkan ibu tercintaya yang tengah sakit. Hingga kemudian, datang lagi seorang utusan yang berbeda mengabarkan bahwa ibu tercintanya sudah meninggal dunia.

Si lelaki tua itu pun menasehati agar ia datang menemui jasad ibunya sebagai penghormatan terakhir. Namun lagi-lagi, bukan ia tak mau berbakti pada orang tua, tapi ia masih harus menaati suaminya agar tidak meninggalkan rumah tanpa seizinnya sebelum ia kembali.

Ia pun hanya bisa terisak menahan sedih kehilangan ibu yang dicintainya. Dengan penuh heran si utusan tersebut pun kembali lalu mengadukannya pada Rasulullah SAW.

“Wahai Rasulullah, wanitu itu sangat keterlaluan, dari mulai ibunya sakit hingga meninggal dunia dia tidak mau datang menemui ibunya”.

Rasulullah SAW bertanya: “Kenapa dia tidak mau datang menemui ibunya?” “Wanita itu mengatakan bahwa dia tidak mendapat izin untuk keluar rumah sebelum suaminya pulang berjihad,” jawab utusan yang mengadu ke Rasulullah SAW tersebut.

Lalu Rasulullah SAW tersenyum, kemudian Beliau berkata: “Dosa-dosa ibu wanita tersebut diampuni oleh Allah SWT karena dia mempunyai seorang puteri yang sangat taat terhadap suaminya.”

Begitulah wanita yang berperan sebagai istri. Sungguh tidak ada alasan seorang suami tidak menyayangi dan memahami hati sang istri. Ia rela melepas bahagia bersama orang tua, demi taat padamu. Dalam hal ini kebesaran hati suami sangat dibutuhkan tatkala seoarng istri ingin berbuat baik pada orang tua atau kerabatnya.

Wanita sebagai ibu. Ia ditakdirkan Allah suatu kemuliaan dapat mengandung, melahirkan dan menyusui anak-anaknya. Ia dikaruniai kekuatan, kesabaran serta kelembutan dalam perannya seorang ibu. Al-Ummu madrasatul ula. Ibu adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya.

Anak akan belajar baik buruknya kehidupan dari seorang wanita bernama ibu, sehingga seorang ibu dituntut memiliki pengetahuan yang baik dalam mendidik anak. Dari ibu yang sholehah serta memiliki kafaah bagus insya Allah akan lahir anakanak sholeh sholehah.

Atas segala peran seorang ibu yang ada, anjuran berbuat baik kepada orang tua tepatnya ibu pun termaktub dalam ayat suci Al-Qur’an dalam surat Luqman ayat 14.

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(Qs. Luqman : 14)

Rasulullah pun turut memuliakannya dalam sebuah hadits.

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, belia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’.

Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’, Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’. Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’.

Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu”.(HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Wanita, maka engkau adalah makhluk Allah dengan segala kemuliaan dan keunikanmu.




Komentar
  1. Belum Ada Komentar
Tambahkan Komentar

Testimonial

Facebook

Twitter