Pencarian

+

SANTRI; BERIBADAH, BELAJAR, BERLATIH, DAN BERPRESTASI

  • HOME
  • Artikel
  • SANTRI; BERIBADAH, BELAJAR, BERLATIH, DAN BERPRESTASI
SANTRI; BERIBADAH, BELAJAR, BERLATIH, DAN BERPRESTASI
SANTRI; BERIBADAH, BELAJAR, BERLATIH, DAN BERPRESTASI

...

Dari hari ke hari

Tak pernah kami lewati

Ibadah, belajar, dan berlatih

Menyongsong masa yang cerah

...

Potongan lirik hymne wisuda saat di pesantren dulu sampai saat ini masih teringat jelas. Bukan sekadar untuk dinyanyikan, namun juga menjadi salah satu bekal bagi para santri menjalani masa depannya masing-masing. Lirik yang diambil dari prinsip kerja santri di pesantren ini mempunyai pesan yang mendalam. Maknanya sering diinterpretasikan sebagai pesan bahwa kerja-kerja di pesantren disederhanakan tiga hal yaitu beribadah, belajar dan berlatih. Belakangan ditambah menjadi prinsip kerja 4B; beribadah, belajar, berlatih, dan berprestasi.

 Beribadah bagi seorang santri adalah suatu keniscayaan. Hal ini dilakukan sebagai implementasi dari firman Allah SWT; “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”.(Al-Bayyinah : 5). Disiplin salat 5 waktu dan ibadah-ibadah mahdhah lainnya tentu menjadi tolok ukur keberhasilan santri di pesantren.img-1680160668.jpg

Belajar yang merupakan kerja santri kedua adalah hal yang melekat pada santri itu sendiri. Kedatangan mereka ke Pesantren tentu ingin memperdalam ilmu, khususnya ilmu agama. Dalam bahasa arab kata santri identik dengan Thalib yang berarti penuntut atau peminta. Artinya menuntut ilmu atau belajar adalah tugas utama dari seorang santri. Namun, seorang santri harus memahami tujuan utama menuntut ilmu atau belajar. Imam Syafi’i menetapkan tujuan belajar bukanlah untuk menjadi pintar, sebaliknya setiap bertambahnya ilmu maka bertambah pula pengetahuan akan kebodohannya.

Abdullah Ibnu Mubarak, seorang ulama sufi juga mengamini apa yang disampaikan oleh Imam Syafii. Beliau menyampaikan: “Seseorang disebut pintar selama ia masih belajar, begitu ia merasa pintar saat itu ia bodoh.” Ini berarti orang yang merasa pintar pada hakikatnya dia mengakui akan kebodohannya sendiri.

Selanjutnya, kerja ketiga bagi seorang santri adalah berlatih. Berlatih tentu berhubungan dengan peningkatan skill dan keterampilan. Santri yang terampil (dibidangnya masing-masing) akan dengan mudah memaksimalkan dirinya sebagai orang yang bermanfaat bagi yang lain (anfauhum linnas). Sehingga mereka mampu mengoptimalkan “amanah” sebagai implementasi dari fungsi khalifah di muka bumi.img-1680160700.jpg

 

Kemudian, apabila seorang santri mampu menjaga keistiqomahan dengan cara beribadah, belajar, dan berlatih bukanlah hal yang mustahil mereka akan dengan sendirinya menjadi pribadi yang berprestasi. Konsep kerja santri beribadah, belajar, berlatih, dan berprestasi yang digambarkan di atas sudah menjadi tradisi kerja santri di pesantren. Hal ini sangat memungkinkan bisa diterapkan di lembaga pendidikan manapun. Apalagi bagi seorang yang pernah nyantri, jangan sampai prinsip ini ditinggalkan dengan alasan sudah tidak nyantri lagi. Karena di dunia pesantren sendiri tidak ada istilah mantan santri atau bekas santri. Santri akan selamanya menjadi santri. Beribadah, Belajar, Berlatih dan Berprestasi harus tetap menjadi prinsip kerja yang harus diimplementasikan selama hidupnya. Wallahu a’lam.

Abdullah Ibnu Mubarak, seorang ulama sufi juga mengamini apa yang disampaikan oleh Imam Syafii. Beliau menyampaikan: “Seseorang disebut pintar selama ia masih belajar, begitu ia merasa pintar saat itu ia bodoh.” Ini berarti orang yang merasa pintar pada hakikatnya dia mengakui akan kebodohannya sendiri.img-1680160560.jpg

Komentar
  1. Belum Ada Komentar
Tambahkan Komentar

Kategori
Artikel Populer
Video
Event Terdekat
Tidak Ada Event Terdekat

Testimonial

Facebook

Twitter